UNSUR INTERINSIK
· Tema
Tema
yang diangkat dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” karya HAMKA ini,
mengangkat tema penderitaan dua orang manusia yang kehilangan cintanya.
Namun, dapat juga kita lihat kesetiaan akan cinta dalam novel ini.
Latar cerita dibagi dalam tiga bagian:
· Latar Waktu
Latar waktu yang ada di dalam novel ini adalah sekitar tahun 1927.
· Latar Suasana
Dalam
novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” karya HAMKA ini, lebih banyak
menggambarkan suasana duka. Yaitu, kedukaan Ibu Hamid yang memikirkan
nasib anaknya, Hamid di kemudian hari. Kesedihan ketika Hamid tau bahwa
ia dan Zainab tidak akan bisa bermain-main lagi setelah tamat sekolah
dan begitu sebaliknya. Kedukaan ketika Haji Ja’far wafat dan disusul
oleh ibunda Hamid. Juga kedukaan dan kesedihan ketika Hamid tau bahwa
Zainab akan dinikahkan dengan kemenakkan Haji Ja’far dan penderitaan
Zainab yang selalu memikirkan Hamid yang telah pergi bertahun-tahun
tanpa kabar berita.
Latar suasana kegembiraan juga digambarkan ketika Ibu hamid mendengar bahwa Hamid akan di sekolahkan oleh haji Ja’far.
Selain itu, ada juga suasana Haru, takjub, kehilangan, dan keputus asaan.
· Latar tempat
Latar tempat pada novel ini lebih banyak mengambil latar di tanah suci, yaitu Mekkah, padang Arafah, madinah, Mina, Jedah.
Pengarang juga mengambil latar tempat di tanah Air seperti, padang, padang panjang, jambi, pesisir Arau dan medan
· Alur cerita
Alur
cerita yang digunakan oleh penulis dalam novel ini adalah alur campuran
yaitu maju dan mundur. Kerema dalam novel ini menceritakan
kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi dan
berlanjut kembali ke masa depan.
· Sudut pandang
Dalam
novel ini HAMKA menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku
sampingan. Karena dalam cerita tokoh utamanya yaitu ‘saya’ menceritakan
kisah Hamid dengan sudut pandang orang pertama pelaku utama.
· Penokohan
Ada Beberapa tokoh penting dalam novel berjudul “Di Bawah Lindungan Ka’bah ini, yaitu:
1. Saya
Tokoh Utama yang akhirnya bertemu dan berteman dengan Hamid.
2. Hamid
Tokoh yang mendominasi cerita ini. Berbudi pekerti luhur, sopan, pintar, rendah hati dan sederhana.
3. Ibu Hamid
Wanita
yang gigih berjuang membesarkan anaknya walau hanya sendirian. Baik
hati dan penuh kasih saying. Sangat menyayangi Hamid hingga akhir
hayatnya.
4. Zainab
Anak
perempuan Haji Ja’far dan Mak Asiah. Berteman dnegan Hamid sejak kecil.
Selalu bersama-sama hingga tamat sekolah. Zainab baik hatinya, sopan,
ramah dan sangat perasa.
5. Haji Ja’far
Saudagar kaya baik hati yang membantu kehidupan Hamid dan ibunya. Haji Ja’far sangat dermawan dan baik hati.
6. Mak Asiah
Mak Asiah adalah wanita penuh kasih sayang. Baik hatinya kepada siapa saja.
7. Rosna
Istri Saleh dan juga teman baik Zainab
8. Saleh
Teman semasih sekolah hamid. Suami Rosnah.
· Gaya cerita
Gaya
cerita yang digunakan dalam novel ini adalah gaya cerita zaman dulu.
Yaitu belum berpedoman pada EYD. Banyak kata-kata kiasan atau
perumpamaan yang digunakan dan bahasanya sangat sopan.
· Amanat
Dalam
novel ini penulis ingin menyampaikan bahwa segala masalah dapat diatasi
dengan berserah diri atau kembali pada-Nya. Karena di bawah
lindungannya, masalah apapun dapat diatasi dengan mudah.
Penulis
juga ingin menyampaikan bahwa cinta yang tulus itu adalah sesuatu yang
abadi dan suci. Perasaan cinta adalah anugerah dari ALLAH yang sangat
adil, karena tidak membeda-bedakan keadaan manusia.
UNSUR EKSTERINSIK
· Identitas buku
Judul : DI BAWAH LINDUNGAN KA’BAH
Penulis : HAMKA
Penerbit : PT Bulan Bintang
Kertas isi : HVS 70 Gram
Nomor ISBN : 979-418-063-7
Keterangan cetak : Cetakan ke-25, Jumadil Awal/
Agustus 2001
Karya-karya HAMKA yang lain:
1. Antara Fakta dan Khayalan Tuanku Rao
2. Beberapa Tantangan terhadap Umat Islam di Masa Kini
3. Bohong di Dunia
4. Dari Lembah Cita-cita
5. Di Dalam Lembah Kehidupan
6. Kenang-kenangan Hidup
7. Kisah nabi-nabi
8. Pribadi
9. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
10. Merantau ke Deli
11. Dll
SINOPSIS
DI BAWAH LINDUNGAN KA’BAH
Hamid
adalah seorang yatim dan dia tinggal bersama ibunya di kota Padang,
tepatnya di sebuah rumah yang mungkin lebih layak untuk disebut sebagai
gubug. Beberapa bulan kemudian, rumah besar di sebelah gubug Hamid,
ditempati oleh Haji Ja’far yaitu seorang saudagar bersama istri dan anak
perempuannya.
Karena
iba dengan keadaan Hamid dan ibunya, istri saudagar itu yang biasa
dipanggil Mak Asiah, membantu hamid. Haji Ja’far menyekolahkan Hamid
bersama-sama dengan putinya, Zainab yang akhirnya dianggap adik oleh
hamid.
Setelah
tamat sekolah, Hamid menyadari bahwa dia mencintai Zainab, begitu pula
sebaliknya. Tapi, keduanya saling menyimpan rasa itu. Karena Hamid tau,
walaupun ia mengatakannya pasti akan sia-sia. Dia tidak sederajat dengan
Zainab. Begitu pula Zainab. Dia menyadari akan kedudukan keluarganya
dalam masyarakat, karena itulah dia tidak mengatakan perasaannya pada
Hamid.
Sampai
suatu hari, Haji Ja’far meninggal dunia. Hamid dan Ibunya tidak lagi
sering ke rumah almarhum Haji Ja’far. Di tambah lagi dengan keadaan
Ibunya yang sudah sakit-sakitan dan tak lama, Ibunya pun menyusul menuju
alam barzah.
Hamid
begitu terpukul dengan semua cobaan ini. Kini dia sebatang kara.
Apalagi ketika Mak Asiah meminta bantuannya untuk meluluhkan hati Zainab
agar mau menikah dengan kemenakkan ayahnya. Hamid yang putus asa
memutuskan untuk meninggalkan kota Padang dan pergi sejauh-jauhnya dari
kota itu, maka sampailah dia di tanah suci ini.
Di
tanah suci dia bisa melupakan Zainab dan semua penderitaannya, yaitu
dengan berserah diri kepada ALLAH. Tapi, tidak jarang
kenangan-kenangannya bersama Zainab muncul menghantuinya. Sampai
datanglah Saleh, temannya sewaktu masih di bangku sekolah. Dia membawa
kabar mengenai zainab yang dia ketahui dari istrinya, yaitu bahwa Zainab
juga mencintainya dan sekarang dia tengah menderita karena perasaa yang
sudah lama dia pendam itu. Zainab tidak jadi menikah dengan kemenakkan
ayahnya.
Ketika
surat Zainab untuk Hamid datang bersamaan dengan surat Rosna, Hamid
menyadari betapa beruntungnya dia bahwa mengetahui kalau Zainab
berperasaan yang sama pada dirinya. Tapi, itu tidaklah mengubah keadaan,
karena semuanya telah terlambat.
Pada
hari mengerjakan tawaf, datanglah surat untuk Saleh dari istrinya
Rosnah. Hamid yang waktu itu berada di atas bangku tandu (karena sakit
dan lemah badannya, Hamid tidak bisa mengerjakan tawaf sendirin)
bertanya pada sahabatnya itu, surat apakah itu? Karena dia melihat
adanya perubahan pada wajah Saleh setelah membaca surat itu. Dengan
gugup Saleh mengatakan pada hamid bahwa Zainab telah tiada. Tak lama
setelah mengerjakan tawaf dan berdoa, Hamid pun menyusul Zainab. Ia
menghembuskan nafas terakhirnya di bawah lindungan ka’bah dan pada hari
itu juga jenazahnya di makamkan di pekuburan Ma’al yang Mahsyur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar